Selasa, 22 November 2016

Asal-usul Desa Gambiran

Desa Gambiran terletak di Daerah Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Sejarah Desa Gambiran yang namanya diambil dari nama Gambir seketi yang dari berbagai sumber cerita disebut sebagai salah satu tempat pertapaan Patih Mawudoro, Ayahanda Damar Wulan di zaman Kerajaan Majapahit, yang dalam semedinya selalu mendo’akan rakyat dan tanah air Majapahit agar senantiasa diberi keselamatan serta dilindungi oleh Yang Maha Kuasa. Tempat semedi tersebut pada masa-masa selanjutnya oleh masyarakat sekitar disebut Watu Jaran, yang menjadi punden di Dusun Gambiran sejak adanya kelompok masyarakat yang mulai menetap di wilayah tersebut.
Selain Dusun Gambiran, wilayah Desa Gambiran mencakup juga 8 Dusun lainnya yakni : Dusun Pangganglele, Dusun Deresan, Dusun Gragal, Dusun Bogem, Dusun Barsari, Dusun Pintrang, Dusun Wonokerso dan Dusun Jagil.
Asal mulanya Dusun yang 4 yaitu Dusun Gambiran, Dusun Bogem, Dusun Pintrang dan Dusun Jagil mempunyai kepala Desa masing-masing hingga pada tahun 1935 digabungkan menjadi satu Desa dengan dipimpin seorang Kepala Desa yang bernama Singo Warno (Mbah Judin). Selanjutnya Desa Gambiran Juga pernah dipimpin oleh : Singo Mulyo, Singo Sastro (Mbah Tro), Yasir Mangun Utomo, Kosmat Suwandi (S. Kertajaya Raharja), Wardoyo (W. Wiro Mangun Utomo), H. Suyitno. Setelah mengalami beberapa kali pergantian Kepala Desa saat ini Desa Gambiran dipimpin oleh salah satu Putra terbaik Dusun Gambiran yang bernama Wardoyo yang telah menjabat untuk kedua kalinya.

Demikianlah sejarah singkat Dusun dan Desa Gambiran, untuk mengenang nilai-nilai perjuangan para leluhur dalam membangun Desa Gambiran hingga bisa seperti sekarang ini, maka setiap dua tahun sekali Masyarakat Dusun Gambiran secara bergotong-royong mengadakan acara Sedekah Bumi atau sedekah Dusun.

sumber : Arsip Desa Gambiran

Minggu, 30 Oktober 2016

Nasi Goreng Nyonyor

Kemarin sore, Rangga anak saya mengajak saya dan Ibunya untuk jalan-jalan ke daerah Pandaan, entah sekedar melepas kejenuhan, lagi pengen makan di luar atau malah cuma jalan-jalan tanpa tujuan. Terpaksa Warnet kami tutup lebih sore dari biasanya.
Sesampai di Pandaan ternyata kami menuju ke toko mainan anak (kadang saya lupa kalo anak seumuran Rangga masih suka dibelikan mainan hehe) setelah beberapa lama akhirnya dapat juga mainan yang disukai dan dipilih oleh Rangga yakni sebuah Rubik dan mainan senapan shotgun, mungkin dia milihnya agak terpengaruh sama kesenangannya main game online Point Blank. setelah keluar dari toko mainan, ternyata saya hanya perlu menggeser motor sedikit karena istri saya mengajak makan dulu di kedai Mie Nyonyor yang letaknya tepat disebelah toko mainan tadi. sebelumnya kami belum pernah makan di kedai Mie Nyonyor tapi pernah mendengar perihal Mie Pedas level Dewa yang jadi menu andalan kedai ini, yang katanya bikin mulut terasa seolah "Nyonyor" atau jontor setelah menyantapnya. sebagai penyuka makanan pedas saya pun penasaran pengen nyicip rasa nyonyor kedai ini.

Setelah memilih tempat, waiter memberikan kami daftar menu. Rangga paling cepat milih, dia langsung nunjuk menu sosis bakar original (tanpa rasa pedas sama sekali) kemudian saya pilih Nasi goreng, padahal tadinya mau nyobain Mie tapi akhirnya saya pilih Nasi Goreng Nyonyor Lv 5 (paling pedas), yang kelihatanya lebih enak dari mie Nyonyor, sedangkan istri saya pesan nasi goreng juga tapi yang original, dia ga suka pedas. untuk minuman pesanan kami sama yakni milk ice.
Tidak perlu menunggu lama pesanan kami diantar ke meja, saya penasaran segera pengen coba. Baru 1 sendokan pertama mulai terbersit penyesalan karena order yang lv 5, feelingku mengatakan ga bakalan bisa merasakan nikmatnya nasi goreng seperti biasanya, tapi sebagai penggemar makanan pedas saya tidak menyerah begitu saja. bahkan setelah menghabiskan setengah porsi mulut sdh berasa benar benar nyonyor, walaupun ga lagi pilek hidung sampai keluar ingus (hiii...). tapi untung minuman yang saya pesan tadi adalah Susu yang secara alami bisa mengurangi rasa pedas. jadi ga kebayang kesengsaraan yang saya alami kalo tadi ga order susu. tapi perjuangan belum selesai kawan, nasi goreng nyonyor masih ada setengah porsi yang musti disantap habis demi harga diri sebagai penyuka pedas :P
Legaaa, puasss rasanya, Ok mission complete. akhirnya 1 porsi nasi goreng nyonyor berhasil saya tuntaskan. saya berusaha stay cool, dari tadi istri tanya. enak ? yo opo pedes tah? ga saya hiraukan sama sekali, takut tersedak cabe. ngeri khan.  
Setelah kami selesai makan kami langsung pulang. rasa panas di mulut sudah tidak terlalu terasa setelah dibilas segelas milk ice yang menyegarkan. kami pun langsung pulang kembali ke rumah. sampai rumah ternyata belum terlalu larut malam, masih kisaran jam 7 malam. Warnet kembali dibuka sebentar sebab biasanya jam 9 malam sudah tutup kembali. sampai dirumah saya menemani Rangga mencoba Mainan Shotgun barunya, rasa pedas nasi goreng nyonyor sudah hilang sama sekali. 
Sekitar Pukul 21.30 saya terpaksa menghentikan beberapa pelanggan warnet, dan mereka bisa mengerti sebab biasanya kami malah sdh tutup sejak pukul 21.00 wib. Walaupun rasa panas dan pedas di mulut sudah tidak lagi terasa, ternyata rasa tidak nyaman mulai muncul di perut, nah loh. mules iki. 
Rasa mules berusaha saya abaikan, berharap nanti hilang dengan sendirinya. ternyata saya salah, makin malam rasa mules semakin menjadi jadi, sampai keluar keringat dingin, ga bisa tidur. 2x ke lari ke WC, sampai silit rasane wedangen koyok kenek sambel :(
Saya ambil minyak kayu putih buat meredakan perut yang sakit, eh ternyata di sebelah minyak kayu putih ada Mil**** obat sakit maag milik istri saya. setelah oleskan minyak kayu putih dan minum obat maag, akhirnya saya coba tidur lagi. saya lihat jam dinding sudah menunjukkan hampir jam 1 malam. Dalam hati saya berkata, sudah ini saja terakhirkali saya makan makanan pedas, gak lagi-lagi makan cabe....
Entah jam berapa saya tertidur, tapi kabar baiknya pagi hari pas bangun tidur rasa mules sudah tidak ada lagi. sembari saya mengetik artikel ini, istri menyiapkan sarapan. nah... itu dia manggil-manggil katanya sarapan sudah siap. 
Kelihatannya sedap, nasi hangat + telur dadar + sambal ulek :) mungkin ini yang dimaksud istilah kapok lombok, seolah-olah kapok tapi nyatanya masih mau lagi. cabe / sambal tetap menjadi pilihan utama pelengkap makanan. OK saya mau sarapan dulu sekarang.

Senin, 05 September 2016

Hidup adalah mudah dan sangat menyenangkan


Jon Jandai adalah seorang petani dari Thailand dan pendiri Pun Pun, sebuah pusat pertanian organik dan pusat belajar masyarakat di Thailand Utara.


Dia kini banyak bicara di berbagai forum untuk memberi perspektifnya atas 'hidup dengan cara yang berbeda'. Menyimak salah satu presentasinya, mengingatkan saya atas salah satu guru saya yang telah almarhum: Mas Tanto. Beliau juga seorang petani. Salah satu orang yang memberi saya banyak goncangan pemikiran. Juga pandangan hidup. Untuk mengenang beliau, saya transkripsikan presentasi pendek Jon Jandai yang sebetulnya bisa disimak juga lewat Youtube. 


Silakan...

"Ada satu kalimat yang selalu ingin saya katakan kepada semua orang: hidup adalah mudah dan sangat menyenangkan.

"Sebelumnya, saya tak pernah berpikir demikian. Ketika saya tinggal di Bangkok, hidup saya sangat sulit. Saya lahir di sebuah desa 'miskin' di bagian Timur Laut Thailand. Saat saya kecil, semua hal tanpak mudah dan menyenangkan...

"Tapi ketika televisi mulai masuk ke desa saya, banyak orang datang ke desa dan mengatakan: Kalian miskin, kalian harus sukses dalam hidup ini, dan kamu harus ke Bangkok untuk mengejar kesuksesan hidup!"

"Semenjak itu saya merasa sedih dan merasa miskin. Dan saya pun akhirnya pergi ke Bangkok. Ketika saya tiba di sana, keadaan ternyata tidak menyenangkan. Saya harus belajar dan bekerja keras supaya 'sukses'. 

"Saya bekerja sangat keras, paling tidak 8 jam dalam sehari. Tapi saya hanya bisa makan semangkuk mie atau sepiring nasi goreng. Tempat tinggal saya buruk sekali. Sebuah ruangan kecil yang ditempati banyak orang. 

"Dari situlah saya mulai bertanya... Kenapa ketika saya mulai bekerja keras, hidup saya malah mulai susah? Pasti ada yang salah. Saya telah menghasilkan banyak hal, tapi kebutuhan saya tak pernah tercukupi.

"Saya kemudian mencoba belajar di sebuah universitas. Tapi ternyata belajar di sana tidak mudah sebab sangat membosankan. Lalu setiap saya cermati semua fakultas, kebanyakan dari mereka mengajarkan sesuatu yang destruktif. Bagi saya, pengetahuan yang didapat dari universitas adalah pengetahuan yang tidak produktif. Misalnya, jika Anda jadi insinyur atau jadi arsitek, itu berarti Anda akan merusak banyak hal. Makin banyak mereka bekerja, maka makin banyak pegunungan yang hancur. Dan tanah yang bagus di lembah Chao Phraya akan makin tertutup dengan beton.

"Jika Anda belajar pertanian atau semacamnya di universitas, berarti Anda belajar cara meracuni tanah, air, dan belajar untuk merusak semuanya. 

"Saya merasa bahwa semua sangat rumit dan sulit. Kita membuatnya menjadi serbarumit dan serbasulit. Hidup terasa sangat sulit, dan saya sangat kecewa.

"Saya mulai berpikir, kenapa saya harus berada di Bangkok ini? Saya kemudian teringat, ketika saya kecil tak ada yang bekerja 8 jam dalam sehari. Semua orang bekerja dua bulan per tahun. Menanam padi sebulan, dan sebulan untuk panen. Sisanya adalah waktu luang. Ada 10 bulan waktu luang dalam setahun. Itulah kenapa di Thailand ada banyak festival. Karena mereka punya banyak waktu luang.

"Lalu di siang hari, semua orang tidur. Bahkan jika Anda sekarang pergi ke Laos, semua orang tidur siang usai santap makan. Setelah bangun tidur mereka 'bergosip' tentang para menantu mereka. Orang punya banyak waktu. Karena mereka punya banyak waktu, mereka punya waktu untuk diri mereka sendiri. Ketika mereka punya waktu untuk diri mereka sendiri, mereka punya banyak waktu untuk memahami diri mereka sendiri. Dan ketika mereka punya banyak waktu untuk memahami diri sendiri, mereka bisa tahu apa yang mereka inginkan dalam hidup ini. Dan mereka menginginkan kebahagiaan. Mereka ingin cinta. Mereka ingin menikmati hidup. Di situlah mereka menikmati keindahan hidup, dan mengekspresikannya dengan banyak cara. Ada yang mengukir gagang pisau dengan indah, menganyam keranjang dengan bagus. Tapi sekarang tak ada yang membuat dan menggunakannya lagi. Semua orang sekarang memakai plastik.

"Saya merasa ada yang salah. Saya tidak bisa hidup sebagaimana yang saya alami di Bangkok. Jadi saya memutuskan berhenti kuliah. Dan saya pulang ke kampung halaman.

"Ketika saya pulang kampung, saya mulai hidup seperti masa kecil saya. Saya mulai bekerja dua bulan setiap tahunnya. Saya punya 4 ton beras. Seluruh keluarga saya yang berjumlah 6 orang, hanya butuh kurang dari 0,5 ton beras per tahun untuk makan. Jadi ada sisa beras yang bisa saya jual. Kemudian saya membuat 2 petak kolam yang saya sebari benih ikan. Setiap tahun, keluarga kami bisa makan ikan dari kolam itu. Saya lalu membuat kebun kecil, tidak sampai 2000 meter persegi. Dan saya hanya membutuhkan waktu 15 menit setiap hari untuk merawat kebun itu. Saya punya 30 lebih jenis sayuran di kebun itu. Sayuran itu tak habis kami makan sekeluarga. Sehingga sebagian saya jual.

"Saya merasa hidup saya lebih mudah. Dan saya bertanya-tanya, untuk apa saya dulu menghabiskan waktu 7 tahun di Bangkok dan sehari 8 jam bekerja kalau hanya untuk makan semangkuk mie? Saya bekerja keras tapi susah untuk makan. Di sini, di kampung saya ini, saya hanya perlu bekerja dua bulan dalam setahun di sawah, dan 15 menit perhari, dan saya bisa memberi makan 6 orang.

"Itu terasa sangat mudah. Sebelumnya say berpikir bahwa orang bodoh seperti saya yang tidak pernah mendapatkan nilai bagus di sekolah, tak bakal bisa punya rumah. Sebab anak terpandai di sekolah saya, anak yang mendapatkan rangking satu, dia mendapatkan pekerjaan yang bagus. Tapi dia membeli rumah dengan cara mencicil selama 30 tahun. Kalau dia saja butuh 30 tahun mencicil rumah, bagaimana dengan saya? 

"Tapi akhirnya saya mulai membangun rumah perlahan dari bahan apa saja yang ada di sekeliling saya. Ternyata sangat mudah. Saya hanya mengerjakannya 2 jam dalam sehari. Mulai jam 7 sd jam 9 pagi. Dalam waktu 3 bulan, rumah itu jadi. Jika teman saya yang pintar butuh waktu 30 tahun untuk melunasi hutang rumahnya, saya hanya butuh waktu 3 bulan untuk membangun rumah saya sendiri.

"Saya merasa hidup saya lebih mudah. Saya tak pernah berpikir bahwa ternyata membangun rumah bisa semudah itu. Setelah tahu bahwa membangun rumah itu mudah, setiap tahun saya membangun rumah. Sekarang, saya memang tak punya banyak uang, tapi saya punya banyak rumah. 

"Jadi memiliki rumah bukan masalah. Setiap anak usia 13 tahun bisa punya rumah jika sepulang sekolah dia mau meluangkan waktu 2 jam untuk membangunnya. Mereka bisa membuat perpustakaan dan sekolah jika mau. Setiap orang sepuh pun bisa bikin rumah sendiri.

"Jalan ini begitu mudah. Jika Anda tidak percaya, coba saja. Berikutnya adalah pakaian...

"Saya merasa miskin. Saya juga merasa bukan orang yang tampan. Saya pernah mencoba berpakaian seperti para bintang film agar kelihatan tampil lebih menawan. Saya perlu menabung sebulan untuk membeli celana jins. Setelah saya kenakan, dan saya bercermin, ternyata saya tidak berubah lebih baik. Saya tetap orang yang sama. Kalau begitu, kenapa saya harus membeli jins? Toh tidak mengubah apapun. Setelah itu, saya tak pernah membeli pakain selama 20 tahun. Sebab ada banyak orang yang datang mengunjungi saya yang memberikan pakaian. Dan malah saya punya banyak pakaian untuk saya berikan kepada orang lain.

"Semenjak saya berhenti membeli pakaian, ada banyak hal yang berubah di diri saya. Saya pada akhirnya hanya membeli apa yang saya butuhkan. Bukan apa yang saya inginkan. Saya merasa lebih bebas. Lebih merdeka.

"Terakhir, ada yang mengganggu saya. Bagaimana jika saya sakit? Pada awalnya, saya khawatir karena saya tak punya uang. Tapi saya lebih sering merenung. Sakit adalah hal biasa. Bukan hal yang buruk. Sakit bisa mengingatkan kita bahwa mungkin ada yang salah dalam kehidupan kita. Saya lalu belajar menyembuhkan diri sendiri dari apa yang tersedia di alam. Setelah saya bergantung pada diri saya sendiri, saya makin merasa bebas. Saya tidak hidup dalam kekhawatiran. Saya melakukan apapun yang saya sukai di hidup ini.

"Saya merasa orang yang unik. Saya tak perlu menjadi seperti orang lain. 

"Ketika kemudian saya mengingat kehidupan saya yang suram waktu di Bangkok, saya akhirnya memutuskan membuat Pun Pun di Chiang Mai. Tujuan utamanya adalah untuk menyimpan benih tanaman. Karena benih adalah makanan. Karena makanan adalah kehidupan. Tak akan ada kehidupan jika tak ada makanan. 

"Tak ada benih maka tak ada kebebasan. Tak ada benih maka tak ada kebahagiaan.

"Hidup kita tak akan tergantung pada orang lain jika kita punya benih. Jadi sangat penting untuk menyimpan benih. 

"Selain itu, Pun Pun adalah pusat belajar. Belajar tentang bagaimana membuat hidup ini lebih mudah. Sebab di sekolah-sekolah, kita diajari untuk membuat hidup kita lebih rumit dan sulit. Kita bisa sama-sama membuat hidup ini lebih mudah. Tidak seperti yang diajarkan di sekolah-sekolah. Di sekolah, kita tidak diajarkan untuk mandiri. Kita diajari untuk tergantung pada uang. Tapi sekarang, untuk bahagia kita perlu percaya kepada diri sendiri dan orang lain. 

"Dari semua hal di atas, yang ingin kembali saya tekankan adalah segala kebutuhan primer: makanan, rumah, pakaian, dan obat-obatan, haruslah mudah dan murah untuk semua orang. Itulah peradaban. Dan jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka berarti yang terjadi adalah ketidakberadaban.

"Dan sekarang yang kita saksikan adalah yang kedua. Begitu ada banyak orang pintar di dunia ini, ada banyak universitas, ada banyak sarjana, tapi hidup kita makin sulit. Kita semua bekerja keras. Tapi hidup makin sulit. Lalu untuk apa dan untuk siapa kita bekerja keras?

"Kita hanya butuh kembali menjadi orang 'normal'. Burung membuat sarang dalam waktu satu sampai dua hari. Tikus membuat lubang dalam semalam. Tapi makhluk cerdas seperti kita butuh hutang 30 tahun untuk membuat rumah. Sialnya, makin banyak orang pesimistis bisa punya rumah.

"Itu pemikiran yang keliru. Kenapa kita bisa menghancurkan kemampuan kita sedemikian rupa? Kita punya pilihan. Memilih yang mudah atau yang sulit.

"Banyak orang bilang bahwa saya gila. Tapi itu kata mereka. Saya tidak bisa mengatur apa yang mereka pikir. Tapi saya bisa mengatur apa yang saya pikir dan saya kerjakan. Saya punya pilihan. Demikian juga Anda."


copas dari :sumber

Rabu, 31 Agustus 2016

"cukup"

Seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib.
Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya.
Mata air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya, seberapapun yang diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti, bila si petani mengucapkan kata "cukup".
Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan matanya.
Diambilnya beberapa ember untuk menampungnya.
Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubuk mungilnya untuk disimpan di sana.
Kucuran uang terus mengalir, sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya.
Masih kurang ......,
Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya.
Belum cukup ......,
Dia membiarkan mata air itu terus mengalir,
hingga akhirnya ......,
Petani itu mati tertimbun.
Ya, dia mati tertimbun bersama ketamakannya,
karena ..... dia tak pernah bisa berkata "CUKUP".
Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia, adalah "cukup".
Kapankah kita bisa berkata cukup ?*
Hampir semua pegawai, merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya.
Pengusaha, selalu merasa pendapatan perusahaannya masih di bawah target.
Istri mengeluh suaminya kurang perhatian.
Suami berpendapat istrinya kurang pengertian.
Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati.
Semua merasa kurang ......, kurang ......, dan kurang .......
Kapankah kita bisa berkata "cukup" ?
Cukup, bukanlah soal berapa jumlahnya.
Cukup, adalah persoalan kepuasan hati.
Cukup, hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa BERSYUKUR.
Tak perlu takut berkata cukup !
Mengucapkan kata cukup, "bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya."
Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan berbahagia...

di copas dari : Pendidikan Karakter

Minggu, 28 Agustus 2016

Arti nama anak saya "Danar Galih Adirangga"

Setiap orang tua memberikan sebuah nama kepada anaknya tentu mempunyai alasan tersendiri, diantaranya mereka berharap dari nama tersebut, kelak jika mereka sudah dewasa dapat bermanfaat, menjunjung tinggi derajat orang tua serta menjadi anak yang baik dan membanggakan. Jadi sebuah nama adalah harapan dan ungkapan do'a dari orang tua atas anaknya. 
Nama yang saya berikan pada anak saya sudah terencana jauh sebelum dia lahir, sengaja saya menyiapkan dua nama yakni satu nama laki-laki dan satu lagi apabila ternyata yang lahir adalah anak perempuan. 
Pada tanggal 12 Maret 2007, setelah 2 tahun berumah tangga, kami mendapat karunia seorang anak laki-laki yang saya beri nama Danar Galih Adirangga, alhamdulillah saat ini dia telah tumbuh menjadi seorang anak yang baik seperti yang kami harapkan, dan saat ini tengah bersekolah di SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) Al-Uswah Prigen.
Beberapa anggota keluarga yang menjenguk saat kelahiran putra kami menanyakan perihal arti dari nama Danar Galih Adirangga, maka saya jelaskan artinya adalah :


  • Danar dalam bahasa sansekerta adalah Pemanah 
  • Galih dalam bahasa Indonesia adalah Hati  
  • Adirangga artinya adalah Perhiasan hidup yang baik dan indah

Jadi arti nama Danar Galih Adirangga adalah Pemanah Hati sebab kami ingin dia menjadi seorang yang akan menawan hati orang-orang di sekitarnya dengan akhlak baik-nya. Dan kami terbiasa memanggilnya Rangga, bukan cuma karena artinya, tapi ada sedikit pengaruh dari film AADC yang yang sempat populer di awal abad 21. Menurut istri saya, nama rangga keren seperti nama karakter dalam film tersebut. 
Foto Di Alun-alun Malang (2016)



Mulai nulis lagi

Setelah lama ga nulis di blog, akhirnya hari ini saya bulatkan tekad untuk mulai nulis lagi. Mungkin nantinya yang akan saya posting bukanlah hal-hal besar tentang bisnis, politik, apalagi gosip artis wakakak... 
Cuma catatan kecil yang merekam hal-hal sederhana sehari-hari, misalnya tentang acara jalan santai Peringatan kemerdekaan RI ke-71 yang hari Minggu kemarin saya ikuti bersama anak dan istri. acaranya cukup seru, pesertanya cukup banyak karena memang hadiah yang ditawarkan juga cukup menggiurkan untuk ukuran even lokal tingkat dusun yang notabene panitianya mayoritas remaja-remaja Karang Taruna Dusun Gambiran. 
Dari sekian banyak hadiah doorprize yang kami incar, antara lain TV, Kulkas, Mesin cuci, kipas angin dll. ternyata semuanya meleset, tapi masih cukup beruntung mendapat hadiah hiburan :) (lumayan isinya piring cantik, mie instan, minyak goreng, dan white coffe).
semoga tahun-tahun selanjutnya event seperti ini bisa diselenggarakan kembali, itung-itung buat mengurangi lemak yang semakin menumpuk di pinggang hehe.
Untunglah pas jalan santai kemarin ga lupa bawa hape, sebab kata pepatah dunia maya no pict = hoax jadi menjelang bagian akhir artikel ini saya sisipkan lagi beberapa moment seru jalan santai kemarin. 


wah setelah upload baru nyadar, walaupun ini peringatan hari kemerdekaan ternyata pada T-shirt pesertanya ada tulisan I love SG (singapore) dan New York City, tapi tenang sodara-sodara, saya jamin mereka ini bukan antek-antek asing sebab di dalam hatinya ada rasa cinta tanah air Indonesia.
Last but not least, artikel ini adalah awal baru untuk blog ini, semoga menjadi pembuka bagi artikel artikel saya selanjutnya, yang bermanfaat paling tidak bagi diri saya sendiri.